8 CARA MENGELOLA SISWA DALAM KELAS

0

(Bagi Para Guru dan Calon Guru)
Ketika Bruce Joyce (1992:1) menyatakan dengan tegas bahwa sekolah dan kelas adalah komunitas para siswa, yang dibawa bersama untuk mengeksplorasi dunia dan belajar bagaimana mengemudikannya secara produktif. Dengan kata lain, efektif dan produktifnya proses pembelajaran terletak di sekolah dan kelas. Apa yang terjadi di sekolah dan di kelas akan menjadi salah satu faktor penting yang akan mempengaruhi keberhasilan dan pendidikan.
Ketika siswa di suatu sekolah berteriak kegirangan saat dewan guru sedang sibuk rapat atau guru tidak masuk sekolah dengan berbagai sebab, maka sudah dapat dipastikan bahwa letak kekeliruannya ada pada sistem yang terjadi di dalam sekolah dan ruang kelas, bukan pada siswanya yang dikatakan bandel, atau tidak mau belajar. Sebaliknya, jika para siswa yang ketika dijemput orangtuanya masih tidak mau pulang karena masih mau berada di sekolah, maka sudah dapat dipastikan bahwa sekolah dan kelas telah menjadi tempat yang menyenangkan bagi mereka. Dua contoh fenomena sekolah dan kelas tersebut menjadi catatan penting yang telah terekam dalam fenomena sekolah dan ruang kelas. Bagaimana rekaman yang terjadi di dalam sekolah dan ruang kelas tersebut amat ditentukan oleh apa yang dilakukan oleh guru dan siswanya, serta pribadi tenaga kependidikan yang ada.
Berikut beberapa saran bagi guru agar aturan yang dibuat dan disepakati bersama dapat diterapkan pada siswa sehingga mengurangi timbulnya masalah.

1.      Membuat aturan seminimal mungkin
Aturan yang dibuat di kelas sebaiknya jelas dan langsung pada inti aturannya, tidak bertele-tele. Tujuannya, agar siswa langsung mengetahui mana yang boleh mereka lakukan dan mana yang tidak boleh mereka lakukan. Jelaskan kepada mereka konsekuensi dari aturan tersebut, baik positif maupun negatif. Berikan hadiah, pujian atau simpati kepada yang mematuhinya. Sedangkan bagi tidak patuh pada aturan, berikan hukuman yang dpat memotivasi tingkat kedisplinan mereka.

2.      Berikan hadiah atau hukuman yang masuk akal
Terangkan dengan sejelas-jelasnya kewajiban apa yang harus siswa kerjakan. Berikan pula pengertian kepada siswa yang bermasalah secara efektif. Jelaskan bahwa mereka sendiri yang memegang kendali atas kemampuan dan perilakunya masing-masing. Di akhir tugas, jelaskan bahwa mereka harus mengerjakan tugas tepat pada waktunya, meskipun terpaksa, toh mereka pada saat yang sama juga dapat melakukan aktivitas lainnya yang disukai. Jadi, mengerjakan tugas bukan penghalang untuk melakukan kegiatan yang menyenangkan lainnya.

3.      Banyaklah berkomunikasi dengan siswa
Selalu komunikasikan dengan siswa secara baik-baik segala hal yang ingin diterapkan kepada mereka. Berikan penjelasan dari sudut pandang sebagai seorang guru dan terangkan perkembangan apa saja yang telah diraih oleh setiap siswa. Walaupun efeknya tak langsung terlihat, tetapi dibiasakan, maka siswa akan merasakan eksistensinya, sehingga tergerak untuk melakukan kewajiban mereka.

4.      Bekerja sama dengan siswa
Ketika aturan dibuat oleh guru dan siswa harus melaksanakannya, bukan berarti siswa tidak dapat diajak bekerja sama. Berikan kepada mereka secara rutin jadwal pembelajaran, lembaran tugas harian, dan daftar aturan serta konsekuensinya. Bantuan ini dapat dijadikan referensi bagi siswa untuk melakukan kewajiban dengan baik sesuai jadwal yang telah disepakati bersama.

5.      Bersikap dan berpikir positif
Sekeras apapun disiplin yang dibuat, tidak berarti disiplin tersebut berupa pemaksaan atau kekerasan kepada siswa. Berikan kepada mereka berbagai pilihan. Jadikan hal tersebut sebagai topik dari segala komunikasi dengan siswa. Bagi siswa yang selalu terlambat mengerjakan tugas bisa diberi pilihan untuk berusaha lebih keras lagi atau akan kehilangan jatah waktu istirahatnya. Biasanya pendekatan ini akan membuat siswa memiliki motivasi sendiri secara internal maupun eksternal.

6.      Pendekatan kepada siswa yang bermasalah
Apabila inngin memberikan pengertian kepada siswa yang sering lalai atau bermasalah, gunakan pendekatan yang tidak mencolok perhatian siswa lainnya. Apabila tidak dapat berbicara langsung dengan siswa yang bersangkutan di ruangan tersendiri, alihkan perhatian siswa lainnya dengan memberikan pekerjaan ringan. Ajaklah berdiskusi. Siswa menjadi lalai mungkin karena faktor stres atau tekanan akademis yang terlalu berat. Bisa juga karena siswa memiliki energi yang berlebih sehingga susah berkonsentrasi cukup lama pada satu mata pelajaran. Bantulah siswa untuk mengatasi masalah tersebut dan jangan mempermalukan siswa di depan teman-teman sekelasnya.

7.      Ada senyum di kelas
Senyum memainkan peran yang sangat penting, tidak hanya dalam lingkup sekolah, tetapi juga dalam kehidupan masyarakat pada umumnya. Senyum adalah ekspresi cinta dan sumber kekuatan dan kekuasaan seseorang. Sekolah juga harus menjadikan senyum sebagai bagian dari instrumen kegiatan belajar-mengajar. Seorang guru menyentuh hati para siswa dengan melalui daya tarik ‘senyum’. Senyum yang tulus menciptakan percaya diri dan kedamaian bagi siswa. Perkembangan kemajuan siswa terhadap mata pelajaran terjadi ketika mereka mulai menyukai dan mencintai gurunya. Dengan demikian, para siswa pun tidak merasa takut untuk mengungkapkan persoalan apa yang terjadi dalam dirinya. Ketika senyum hadir di dalam kelas, siswa tidak segan-segan mengajukan pertanyaan. Pada akhirnya, kebebasan berpikir di dalam kelas berjalan secara otomatis dan optimal.
Guru dituntut untuk menjadi seorang teman bagi siwa. Persahabatan dapat membantu guru untuk lebih memahami seorang anak.

8.      Guru sebagai teladan

Seorang guru dapat memotivasi siswanya untuk lebih banyak membaca buku dengan cara guru-guru juga harus memperlihatkan tradisi membaca buku yang baik. Hal yang berbeda bisa terjadi jika guru hanya sekadar menyuruh tanpa memberi teladan. Para siswa bisa dipastikan hanya sekadar mendengar pula, tanpa melakukan apa yang dimotivasi dan diminta oleh guru.
Guru adalah sumber energi dan motivasi. Guru adalah motivator bagi para siswa melalui kebiasaannya membaca buku. Seorang guru harus menyadari bahwa kekuatan motivasi jika digunakan dengan baik dimana pun dan kapan pun akan melahirkan sikap optimisme bagi para siswa.


(Dikutip dari buku Suyanto dan Asep Jihad tahun 2013, Judul: Menjadi Guru Profesional)

Komentar FB

Komentar Blog