(Bagi Para Guru dan Calon Guru)
Ketika Bruce Joyce
(1992:1) menyatakan dengan tegas bahwa sekolah dan kelas adalah komunitas para
siswa, yang dibawa bersama untuk mengeksplorasi dunia dan belajar bagaimana
mengemudikannya secara produktif. Dengan kata lain, efektif dan produktifnya
proses pembelajaran terletak di sekolah dan kelas. Apa yang terjadi di sekolah
dan di kelas akan menjadi salah satu faktor penting yang akan mempengaruhi
keberhasilan dan pendidikan.
Ketika siswa di suatu
sekolah berteriak kegirangan saat dewan guru sedang sibuk rapat atau guru tidak
masuk sekolah dengan berbagai sebab, maka sudah dapat dipastikan bahwa letak
kekeliruannya ada pada sistem yang terjadi di dalam sekolah dan ruang kelas,
bukan pada siswanya yang dikatakan bandel, atau tidak mau belajar. Sebaliknya,
jika para siswa yang ketika dijemput orangtuanya masih tidak mau pulang karena
masih mau berada di sekolah, maka sudah dapat dipastikan bahwa sekolah dan
kelas telah menjadi tempat yang menyenangkan bagi mereka. Dua contoh fenomena
sekolah dan kelas tersebut menjadi catatan penting yang telah terekam dalam
fenomena sekolah dan ruang kelas. Bagaimana rekaman yang terjadi di dalam
sekolah dan ruang kelas tersebut amat ditentukan oleh apa yang dilakukan oleh
guru dan siswanya, serta pribadi tenaga kependidikan yang ada.
Berikut beberapa saran
bagi guru agar aturan yang dibuat dan disepakati bersama dapat diterapkan pada
siswa sehingga mengurangi timbulnya masalah.
1. Membuat
aturan seminimal mungkin
Aturan yang dibuat di kelas sebaiknya
jelas dan langsung pada inti aturannya, tidak bertele-tele. Tujuannya, agar
siswa langsung mengetahui mana yang boleh mereka lakukan dan mana yang tidak
boleh mereka lakukan. Jelaskan kepada mereka konsekuensi dari aturan tersebut,
baik positif maupun negatif. Berikan hadiah, pujian atau simpati kepada yang
mematuhinya. Sedangkan bagi tidak patuh pada aturan, berikan hukuman yang dpat
memotivasi tingkat kedisplinan mereka.
2. Berikan
hadiah atau hukuman yang masuk akal
Terangkan dengan sejelas-jelasnya kewajiban
apa yang harus siswa kerjakan. Berikan pula pengertian kepada siswa yang
bermasalah secara efektif. Jelaskan bahwa mereka sendiri yang memegang kendali
atas kemampuan dan perilakunya masing-masing. Di akhir tugas, jelaskan bahwa
mereka harus mengerjakan tugas tepat pada waktunya, meskipun terpaksa, toh
mereka pada saat yang sama juga dapat melakukan aktivitas lainnya yang disukai.
Jadi, mengerjakan tugas bukan penghalang untuk melakukan kegiatan yang
menyenangkan lainnya.
3. Banyaklah
berkomunikasi dengan siswa
Selalu komunikasikan dengan siswa secara
baik-baik segala hal yang ingin diterapkan kepada mereka. Berikan penjelasan
dari sudut pandang sebagai seorang guru dan terangkan perkembangan apa saja
yang telah diraih oleh setiap siswa. Walaupun efeknya tak langsung terlihat, tetapi
dibiasakan, maka siswa akan merasakan eksistensinya, sehingga tergerak untuk
melakukan kewajiban mereka.
4. Bekerja
sama dengan siswa
Ketika aturan dibuat oleh guru dan siswa
harus melaksanakannya, bukan berarti siswa tidak dapat diajak bekerja sama.
Berikan kepada mereka secara rutin jadwal pembelajaran, lembaran tugas harian,
dan daftar aturan serta konsekuensinya. Bantuan ini dapat dijadikan referensi
bagi siswa untuk melakukan kewajiban dengan baik sesuai jadwal yang telah
disepakati bersama.
5. Bersikap
dan berpikir positif
Sekeras apapun disiplin yang dibuat,
tidak berarti disiplin tersebut berupa pemaksaan atau kekerasan kepada siswa.
Berikan kepada mereka berbagai pilihan. Jadikan hal tersebut sebagai topik dari
segala komunikasi dengan siswa. Bagi siswa yang selalu terlambat mengerjakan
tugas bisa diberi pilihan untuk berusaha lebih keras lagi atau akan kehilangan
jatah waktu istirahatnya. Biasanya pendekatan ini akan membuat siswa memiliki
motivasi sendiri secara internal maupun eksternal.
6. Pendekatan
kepada siswa yang bermasalah
Apabila inngin memberikan pengertian
kepada siswa yang sering lalai atau bermasalah, gunakan pendekatan yang tidak
mencolok perhatian siswa lainnya. Apabila tidak dapat berbicara langsung dengan
siswa yang bersangkutan di ruangan tersendiri, alihkan perhatian siswa lainnya
dengan memberikan pekerjaan ringan. Ajaklah berdiskusi. Siswa menjadi lalai
mungkin karena faktor stres atau tekanan akademis yang terlalu berat. Bisa juga
karena siswa memiliki energi yang berlebih sehingga susah berkonsentrasi cukup
lama pada satu mata pelajaran. Bantulah siswa untuk mengatasi masalah tersebut
dan jangan mempermalukan siswa di depan teman-teman sekelasnya.
7. Ada
senyum di kelas
Senyum memainkan peran yang sangat
penting, tidak hanya dalam lingkup sekolah, tetapi juga dalam kehidupan
masyarakat pada umumnya. Senyum adalah ekspresi cinta dan sumber kekuatan dan
kekuasaan seseorang. Sekolah juga harus menjadikan senyum sebagai bagian dari
instrumen kegiatan belajar-mengajar. Seorang guru menyentuh hati para siswa
dengan melalui daya tarik ‘senyum’. Senyum yang tulus menciptakan percaya diri
dan kedamaian bagi siswa. Perkembangan kemajuan siswa terhadap mata pelajaran
terjadi ketika mereka mulai menyukai dan mencintai gurunya. Dengan demikian, para
siswa pun tidak merasa takut untuk mengungkapkan persoalan apa yang terjadi
dalam dirinya. Ketika senyum hadir di dalam kelas, siswa tidak segan-segan
mengajukan pertanyaan. Pada akhirnya, kebebasan berpikir di dalam kelas
berjalan secara otomatis dan optimal.
Guru dituntut untuk menjadi seorang
teman bagi siwa. Persahabatan dapat membantu guru untuk lebih memahami seorang
anak.
8. Guru
sebagai teladan
Seorang guru dapat memotivasi siswanya untuk lebih banyak membaca buku dengan cara guru-guru juga harus memperlihatkan tradisi membaca buku yang baik. Hal yang berbeda bisa terjadi jika guru hanya sekadar menyuruh tanpa memberi teladan. Para siswa bisa dipastikan hanya sekadar mendengar pula, tanpa melakukan apa yang dimotivasi dan diminta oleh guru.
Guru adalah sumber energi dan motivasi.
Guru adalah motivator bagi para siswa melalui kebiasaannya membaca buku. Seorang
guru harus menyadari bahwa kekuatan motivasi jika digunakan dengan baik dimana
pun dan kapan pun akan melahirkan sikap optimisme bagi para siswa.
(Dikutip dari buku Suyanto dan Asep Jihad tahun
2013, Judul: Menjadi Guru Profesional)
Komentar FB
Komentar Blog